Surat untuk Adam* (1)
Dear, Adam* (kamu yang selalu bisa aku lihat walau jauh) Hari Selasa, 19 April kemarin, aku mencarimu disekeliling kampus. Biasanya, aku bisa melihat kamu sekedar duduk-duduk di bawah pohon itu bersama teman-teman kamu. Tapi hari itu, nihil. Kemana kamu, ganteng? Aku lihat motor blue black kamu yang diparkir tak jauh dari pohon tempat kamu biasa nongkrong. Hari itu kamu punya janji, ingat? Hihi. Maaf ya.. Aku gak sabar ketemu kamu. Biasanya kita hanya bisa saling bertatapan tanpa ada percikan obrolan, bukan? Gak ada yang mau ngalah diantara kita ya. Hihi. Sudah hampir jam satu siang dan aku sudah mau masuk kuliah. Aku panik. Kamu tak kunjung terlihat di kampus. Ditemani temanku, Nia. Aku berjalan menyusuri kampus dan kembali ke pohon tempat kamu biasa nongkrong itu. Dari kejauhan, aku melihat sosok yang begitu kukenal. Benar. Ternyata itu kamu, ganteng. Rambut khas kamu yang gondrong dan super berantakan itu menjadi salah satu ciri yang paling mudah ditemui. Kedua, tubuh kamu. Aku ...