Pengalaman di Kompas Saba Kampus: Menyesal
Saya menyesal! Saya menyesal pada
dua hari itu. Minggu, 1 Desember 2013 dan Senin, 2 Desember 2013. Kedua hari
itu merupakan hari-hari terselenggaranya Kompas Saba Kampus. Saya sungguh
menyesal hingga saya tidak bisa berpikir panjang untuk tidak mendaftar pada
kedua tempat terselenggaranya Kompas Saba Kampus itu.
Kapan sih Kamu merasa begitu
bersemangat? Letupnya yang tak kunjung padam meskipun banyak hambatan. Senyum yang
tak ingin hilang meskipun sedang patah hati. Mata berbinar-binar seakan hari
begitu cerah padahal mendung sedang disusul oleh hujan. Rasa-rasa seperti
itulah yang saya rasakan karena tak sabar ingin turut serta dalam Kompas Saba
Kampus. Dan saya sungguh menyesal.
Hari pertama, saya merasa menjadi
orang asing di kampus orang lain. Berjalan sendirian hingga saya akhirnya
bertemu dengan mahasiswa-mahasiswa S2 IPB hingga rasanya saya merasa
berperilaku seperti mereka hari itu.. Ya, setidaknya mengurangi tingkat
kesepian di kampus orang lain. Hehe. Ketika mengikuti kelas paralel jurnalistik
bersama Mas Ingki Rinaldi, saya menjadi tidak sabar. Kelas itu menumbuhkan rasa
tidak sabar dan tidak mau mengalah untuk bertanya. Puluhan pertanyaan dan
pikiran yang penasaran berdesakan, tak sabar pada waktu yang begitu singkat. Dan
petang hari yang berselimut hujan deras seusai acara itu membuat saya menyesal.
Hari kedua merupakan hari
buru-buru. Buru-buru datang dari Bogor, naik travel yang terburu-buru dituntut
rasa kantuk dari supirnya, buru-buru ingin sampai ke kampus karena lapar serta
buru-buru ingin menyudahi hari itu. Perasaan tak karuan membelenggu. Saya menjadi
lebih tidak sabar dari hari kemarin. Saya menjadi tidak mau mengalah dari hari
kemarin. Saya menjadi tidak bisa berpikir panjang-panjang seperti hari-hari
sebelumnya. Saya seolah menjadi seorang wanita yang gila belanja, sedang berada
dalam sebuah toko yang berisi semua barang diskon kesukaannya dan wanita itu
ingin membeli semuanya. Kalap. Kelas pleno dari Mas Rene membuat saya geram
karena cara penyampaian beliau begitu menggugah. Dan kelas paralel dari Mas
Luki membuat saya benar-benar menyesal untuk turut dalam acara itu.
Saya sangat menyesal! Saya menyesal
karena banyak pertanyaan yang belum sempat ditanyakan. Saya menyesal karena saya
jadi begitu minat pada marcomm. Saya menyesal
karena saya belum sempat banyak berkenalan dengan teman-teman baru. Saya menyesal
karena saya belum dapat tanda tangan Mas Rene. Saya menyesal karena saya kurang
banyak membawa sisa nasi kotak, ternyata di bagian depan kampus masih banyak
satpam yang belum kebagian. Saya menyesal karena kurang lama ngobrol dengan
orang-orang Kompas lainnya, seperti Mbak Suly, Mas Budi. Saya menyesal karena
saya belum juga lulus sedangkan senior saya sudah masuk ke Litbang Kompas. Saya
menyesal karena dulu sewaktu wawancara Kompas Muda, saya sedang UAS sehingga
tidak bisa hadir dan tidak bisa turut serta dalam tim Kompas Muda. Saya menyesal,
mengapa bukan saya yang turut serta dalam panitia. Saya menyesal karena saya
begitu tertarik pada Kompas sejak SMA tetapi baru mengikuti workshop dari
Kompas kali ini. Saya menyesal karena saya semakin tidak sabar untuk
berkontribusi pada Kompas. Saya sungguh menyesal karena saya belum melakukan hal-hal yang
saya sesali itu. Terima kasih, Kompas.
Komentar
Posting Komentar