Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2011

Surat untuk Debu* (1)

Dear Debu*,                 “Gue sih bodo.” Kalimat itu sungguh bisa mematikan aku. Pernah iseng membiarkan orang lain yang mempraktekkan kalimat ini. Sayangnya, jauh sekali berbeda. Tak ada yang bisa menandingi nada suaramu itu, Debu*. Kenapa harus debu?                 “Debu itu kan susah ngumpulinnya, butuh proses.” Jawaban yang PAS, Debu*. Terima kasih yaa! Aku bisa mengenal filosofi baru mengenai debu. Unik. Aku sendiri tidak bisa menerka apabila ternyata kamu mengukirnya sedemikian rupa sehingga muncul jawaban PAS itu. Padahal tadinya menurutku, debu itu mudah hilang, mudah terbang, mudah pergi, dan mudah sekali terbawa angin kemana pun angin pergi. Debu tidak bisa digenggam lama. Debu hanya singgah. Debu pasti pergi seketika hembusan napas terurai. Itulah pikiranku tentang debu. Dan jawabanmu sama sekali berbeda, Debu*. Sungguh diluar ekspetasi. Haha.                 Ini surat perdanaku untukmu. Deg-degan. Hihi. Mengapa harus merasakan demikian? Rasa yang sulit untuk dirasakan.