Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2011

Aku dan Kamu di Tepi Sungai Itu

Aku dan Kamu di Tepi Sungai Itu Bila sebuah sungai bisa mudah dilewati Mengapa kamu masih saja ada di sisi seberang sungai yang lain? Kamu memang dihadapanku Aku tak bisa berenang hingga tepi tempat kamu berpijak Kamu tahu itu Mengapa kamu terdiam? Menunggu selesainya jembatan dibangun? Menunggu aku bisa berenang? Ungkapkan salah bila rasa itu salah padamu Ungkapkan benar bila rasa itu benar bisa membuatmu bahagia Muncullah dihadapanku Dan ungkapkan Karena jembatan itu akan selesai saat aku sudah pergi dari tepi sungai tempatku berpijak saat ini

Semoga Malaikat

Semoga Malaikat Akhir-akhir ini, saya sering kali mendengar bisikan seorang pria. Pengalaman pertama, saat saya masih setengah tidur dan mematikan alarm saya. Belia berbisik, “Kamu mau bangun jam berapa? Ayo sholat subuh.” Dan dengan santainya saya menolak karena masih pukul 5 subuh. Begitu pun saat hampir pukul 5.30. Beliau berhasil membuat saya bangun. Hari selanjutnya seperti itu, lagi, lagi, lagi.                 Sampai suatu hari saat saya sedang kerja, customer saya direbut oleh staff lainnya. Saya sempat jengkel. Namun Beliau mengingatkan saya untuk sabar. “Sabar yaa.. Rezeki kamu gak kemana ko. Jaga mood kamu. Sabar dan tetep senyum.” Saya yakin dan percaya omongan itu. Saya itu terbukti. Terima kasih yaa.. Sampai saat ini, Beliau selalu bisa membuat saya mengontrol diri saya dan kesabaran saya. Saya tak kenal suara itu. Tetapi yang Beliau ingatkan selalu menyangkut kebaikan. Semoga Beliau Malaikat :)

Doa Untukmu

Doa Untukmu Hari itu, kamu baru cerita kalau kaki kamu terkilir. Kamu terlihat sudah terbiasa dengan kondisi itu. Hebat :) Saya deg-degan. Apalagi malam itu, kamu maksa bawa motor (ya, siapa lagi yang mau bawa. Gw gak bisa bawanya. Haha). Aneh. Malam itu juga, saya merasa semua darah mengalir ke kepala. Pusing. Telapak tangan penuh keringat. Bagaimana bisa saya tidak memikirkan kamu yang seperti itu? Pada teman pun saya pasti khawatir. Apalagi kamu (ehemm.. the special one). Saya sebenarnya ingin tahu, hal apa yang bikin kamu maksain kondisi kamu yang seperti itu? Saya gak berani bahas ini depan kamu. I’m nervous!                 Saya jadi ingat dulu. Dulu, ada satu-satunya cowok yang berhasil membuat saya (hingga saat ini) selalu gemetar dan grogi sampai mau ngomong pun terbata-bata serta harus menyusun kalimat-kalimat. Cowok ini mempunyai karakter yang saya kagumi dan saya idamkan sebagai the right man nanti. Satu yang tak tergantikan, cowok ini selalu bisa membuat saya tersenyum :)

Gundah

Apa perasaan ini salah? Saya bahagia dengan perasaan ini Tetapi apa perasaan ini salah? Apa saya tidak berhak mendapat yang lebih baik? Apa saya harus kembali menguburnya jika dia tak mempunyai perasaan yang sama? Saya ingin petunjukMu, Allah.

Air Mata yang Tertawa

Air Mata yang Tertawa                 Sudah lama. Saya tidak merasakan perasaan seperti ini. Perasaan terasa hangat. Deg-degan tapi begitu bersemangat. Entah rasa apa ini namanya. Bila ditelusuri lebih dalam, saya jadi ingin menangis. Tetapi air yang jatuh dari ujung mata itu tidak berbuah kesedihan melainkan kebahagiaan. Kebahagiaan yang tak terbendung.                 Terimas kasih. Bertemu dengan kamu, membuat saya merasa dekat dengan sosok ayah saya. Ayah saya, alhamdullilah masih ada dan masih sangat sehat. Beliau menanamkan nilai-nilai yang begitu berarti bagi saya. Salah satunya, kejujuran. Dan sosok yang saya temui ini, mempunyai karakter seperti ayah saya. Jujur, saya jadi merasa sangat dekat dengan sosok ini.                 Saya suka sekali mendengarkan cerita kamu. Kamu yang hebat! Saya kagum J Beberapa tahun terakhir ini, saya masih berkutik dengan sosok Justin (ada di post-post sebelumnya). Sosok yang idaman untuk saya dan saya mendambakannya. Tidak merokok. Bisa membimb

Pojok Favorit :)

Gambar
Pojok Favorit :)                 Hampir setiap hari pojok ini menjadi tempat favorit untuk berbagi. Duduk. Mengerjakan tugas. Belajar. Menggunting. Bahkan kentut (maaf!) pun di tempat ini. Tempat yang tepat berada di sebelah kanan tempat tidur saya dari arah pintu. Kamar kos yang hanya berukuran 3x4 ini begitu terasa berarti dengan kehadiran pojok ini. Kamar saya jadi istimewa :)                 Penuh. Penuh dengan gambar fashion . Saya hanya ingin pojok ini bisa dikenang dan lain dari yang lain. di beberapa sudut ada kertas makan Wendy’s, KFC, dan Bebek Van Java . Aneh. Memang. Beginilah saya. Kertas-kertas tersebut turut menjadi penghias pojok ini. Ditemanin sebuah cermin dengan bingkai yang saya modifikasi dengan membabi buta (maaf yaa cerminku sayang..), pojok ini begitu hidup! welcome :)                 Terima kasih pojok kamarku :)

Tak Mudah

Tak mudah bila harus menjalani sesuatu yang sebenarnya tak ingin dijalani Sore itu, saya bertemu dengan seorang teman dekat yang sudah begitu dekat dengan saya, seperti sosok seorang kakak bagi saya. (beberapa dari kamu sudah mengetahuinya). Dia mengenalkan temannya pada saya. Saya samarkan menjadi Adam (maaf bila ada nama yang sama). Saya tak merasakan ada sesuatu saat itu. First impression, he looks handsome and oh.. He’s my type. Fokus. Saya tak mengubris perasaan sesaat itu. Sambil makan bersama, saya dan teman dekat saya itu terus tertawa. Inilah kami. Kami memang selalu tertawa dan menertawakan sesuatu. Jarang sekali kami ada didalam situasi yang sedih atau yang menguras air mata sekalipun. Di sela tawa, saya melihat Adam tak banyak bicara. Bahkan tak bicara saat melihat saya tertawa dengan wujud asli saya (Hihi. Agak seram yaa..). Saya pikir dia agak ilfil dengan saya. Saya tak peduli. Saya malah semakin menampakkan wujud asli saya (baca: