Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2011

Picisan Untuk Rio*

Ini hanya picisan. Mengenai cinta pada pandangan pertama. Cinta pada pandangan pertama. Kamu pasti sudah menarik kesimpulan apabila kejadian ini tidak mungkin.  Ya, benar. Tidak mungkin bagi yang belum pernah mengalaminya. Tidak mungkin bagi yang belum pernah merasakannya. Aku tujukan picisan ini untuk kamu, Rio* Kamu yang bisa membuat aku terpaku dan tak sanggup bicara. Pada pandangan pertama tentunya. Dan kamu menjadi bingung tentang hal ini. Maaf ya, Rio* Aku bukan perempuan yang pandai. Aku tak pandai bersolek. Aku tak pandai memasak. Aku tak pandai berjalan bak model. Aku tak pandai berbohong. Hanya modal diriku sendiri. Seperti itulah akhirnya, aku bisa ungkapkan ini padamu. Apabila saat ini kamu masih dilanda kebingungan, aku pun separah apa yang kamu alami. Malam-malam yang tak bisa tenang dengan mudah. Pagi-pagi cerah yang mendadak mendung dan sore-sore damai yang seketika menjadi sore sendu. Mengenalmu mungkin sebuah keberuntungan. Tak direncanakan. Disetir dengan perasaan

Surat yang Terlewat Untuk Adam*

Dear Adam*, Aku senang melihatmu mengeluarkan lagi si #1 yang disambung dengan nama perempuan yang berhasil menjadi ratumu itu. Dan seketika itu, aku mendapat kesimpulan berarti tentang selama ini. Waktu yang lama untuk menanti. Memperhatikan dari sudut kejauhan kampus. Rasa ini hanya kagum. Kagum pada sosokmu yang selalu berhasil membuat degup tak terelakkan dan peluh ditangan  berpendar. Ini benar kisah terakhir tentangmu, Adam*. Entah suatu hari. Entah kapan. Namamu mungkin akan kembali kuukir disini sebagai sosok yang berbeda. Terima kasih Adam*, letupan perasaan itu sudah bisa kupendam dalam.