Surat untuk Adam* (3)


Dear Adam*,

                Hari ini, seharian ketemu kamu. Sepertinya kamu usai uas jam delapan. Haha. Bagaimana uasnya, ganteng? Seorang teman pernah berkata bahwa tak bisa dibilang uas bila tak bikin pusing. Haha. Lepas dari itu, hari ini hari jumat! Selamat hari ganteng, ganteng. Aku telat mengucapkannya. Terlalu sibuk memikirkan uas hari senin. Kita saling mendoakan untuk uas kita yaa, ganteng!
                Tak berapa lama setelah para makhluk ganteng usai shalat jumat, aku pun selesai merapikan rambut di tempat yang biasa disebut salon. Haha. Entah mengapa, hawa hari ini beda sejak aku lihat kamu pagi ini. Benar ternyata. Tak sengaja aku melihat garis merah dijaket MU favoritku itu. Dan aku langsung yakin, itu kamu!
“Nia, mampus ada Adam*!” sambil pura-pura sibuk. Aku tak berani lagi menatap kamui, ganteng. Meski mata kita tak dipungkuri, kita saling menatap. Kamu bersama teman-teman kamu.
“Abis darimana, Sekar?” ucapan dengan nada bicara yang hemat. Haha. Sebenarnya, aku sudah merencanakan bila bertemu denganmu (seperti hari ini), aku bertekad ingin menyapamu lebih dulu. Dan itu terjadi! Bahkan kamu yang menyapaku lebih dulu.
“Abis sholat jumat.” Oh, no! Kuharap wajah aku tak membuatmu mual, ganteng. Aku sungguh tak ada bahan pembicaraan. Aku ucapkan itu hanya ingin kamu bisa tertawa bersamaku dan melanjutkan pembicaraan. Sayangnya, itu dipinggir jalan. Tak lama, suara kompak dari teman-teman kamu mengiring kepergian kita masing-masing. Ada apa dengan teman-temanmu itu, ganteng? Haha. Aku senang!
Mengapa jarak dekat kita begitu membuat degup jantungku tak terkontrol? Hujan sore tadi, aku tahu posisi nongkrongmu dimana. Aku tak jauh dari situ. Aku berusaha menikmati degup yang tak terkontrol itu. Tak lama, hujan angin semakin deras. Kamu dan teman-temanmu pindah tempat. Sambil berjalan, kamu melihat ke arahku. Oh, tidak! Itu membuatku terpaku, ganteng. Tapi aku senang! Meskipun pada akhirnya saat hanya tinggal jarak beberapa langkah yang memisahkan kita, kita malah saling berpaling muka. Seperti anak kecil. Haha. Apapun itu, aku senang melihatmu! Terima kasih, ganteng!
Dan untukmu ganteng, aku menunggu.
Kamu membuatku sungguh menikmati kehidupan kampus dan kuharap itu untuk kehidupan selanjutnya :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bandung-Bogor Selama Tiga Jam

Untuk Seseorang dalam Senja Itu

Untuk Ilalang