Pagi Istimewa


Pagi itu, aku baru saja bangun tidur. Aku masih terlena dengan hangatnya tempat tidur. Tak lama ternyata kamu pun terjaga. Aku begitu merindukanmu. Seperti pagi itu dan pagi-pagi yang lain setiap hari. Dan kamu pun punya rasa indah yang sama. Pesan singkat yang kamu kirim menjadi tanda kuat bahwa pagi itu, aku dan kamu begitu saling merindukan.
Mengirim foto harianku mungkin sudah menjadi hal biasa. Dunia digital memang mempersempit jarak. Dan cinta itu tak pernah punya jarak. Sejauh apapun. Cinta tetap hidup. Kemudian kukirimkan wajah kucel dengan mata sembab akibat sering bergadang. Sempat kulihat sekali lagi setelah kukirim padamu. Tidak! Pasti orang ilfeel begitu lihat mukaku pagi itu. Namun tak begitu denganmu.
“Canttikkkk.”
Entah aku memang masih berada dialam mimpi, entah kamu yang masih melayang dalam mimpi. Aku merasa ada blitz seketika di kamar. Karena seumur hidupku, selama aku pernah bersama dengan seseorang yang disebut pacar atau kekasih, aku belum pernah mendapat pujian seperti darimu.
“Tapi itu kan baru bangu tidur sayang.” Aku membela diri. Terkejut. Senang. Dan tak bisa berkata apapun lagi. Semua melebur satu. Belum pernah sebahagia pagi itu.
Pagi itu menjadi pagi yang tak biasa untukku. Meski setiap pagi memang tak pernah menjadi biasa karena ada kamu dalam kerinduan hatiku. Namun pagi itu aku merasa lebih lebih lebih bahagia.
Terima kasih sayang.
Aku yang tak sempurna bisa menjadi komplit karena hadirmu dalam hidupku.
Ya, kamu komplitkan hidupku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bandung-Bogor Selama Tiga Jam

Untuk Seseorang dalam Senja Itu

Untuk Ilalang